Oke News, Sumenep, Kamis 4 April 2024- Pembangunan tugu keris di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus mendapatkan sorotan tajam dari sejumlah kalangan masyarakat. Bahkan, pembangunan yang dianggarkan Rp 2,5 miliar tersebut hanya sebuah proyek profit oriented.
Menurut Kurniadi Pengacara kondang di Kabupaten Sumenep, seharusnya Pemkab Sumenep tidak membuang-buang anggaran hanya untuk membangun tugu keris yang mengarah kepada proyek profit oriented untuk memberikan pekerjaan dan penghasilan kepada orang-orang dekatnya dalam lingkaran Oligarki di Pemerintahan Bupati Fauzi.
“Pembangunan tugu keris ini, jangan-jangan hanya sebuah proyek profit oriented belaka,” ujarnya, Kamis (3/4/2024).
Lanjut Kurniadi yang dijuluki Raja Hantu Sumenep ini, jika memang mau memberikan penghargaan kepada empuh atau pengrajin keris. Sebaiknya bukan membangun tugu keris, melainkan bagaimana membuat program atau bantuan modal bagi para empuh atau pengrajin keris di Sumenep.
“Para empuh ini sudah memberikan kontribusi besar kepada Kabupaten Sumenep, sehingga mendapatkan pengakuan dari Unesco. Namun, nyatanya Pemkab malah membangun tugu keris, bukan memberikan bantuan modal atau penghargaan lainnya kepada para empuh keris,” tukasnya.
Selain itu, Raja Hantu juga menilai, adanya dugaan Kolusi dalam pembangunan tugu keris di perbatasan Sumenep-Pamekasan atau tepatnya di Kecamatan Pragaan tersebut. Sebab, meski tidak ada kontrak kerjasama dalam pengerjaan proyek tugu keris, ternyata saat ini Helmi yang merupakan pemilik dari Helmi Art Museum membuat keris lok 9 dengan panjang 9 meter dan berat 5 ton.
“Ini jelas adanya dugaan kolusi antara Pemkab Sumenep atau Bupati Fauzi dengan pemilik Helmi Art Museum. Apapun dalihnya, itu sudah mengarah. Jika memang tidak ada kontrak atau kerjasama dengan Pemkab, ngapain buang-buang uang untuk membuat keris 9 meter, kalau tidak ayang memesan,” ujarnya.
Lalu siapa yang akan menikmati dari proyek tugu keris tersebut. Kurniadi menduga yang akan menikmati orang-orang dekatnya Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, atau lingkaran Oligarki dalam Pemerintah Bupati Fauzi.
“Itu sudah pasti orang yang mengerjakan proyek tersebut yang akan menikmati. Lalu apa yang didapat para empuh atau pengrajin keris di Sumenep?,” tanya Kurniadi.
Dalam hal ini, para pengrajin atau empuh keris di Kabupaten tidak terlalu butuh dengan monumen tersebut. Melainkan yang mereka butuhkan adalah perhatian dan penghargaan kepada Empuh atau pengrajin keris dari Pemkab Sumenep untuk merawat dan melestarikan.
“Dalihnya pernghargaan kepada para empuh, tapi faktanya malah memberdayai para empuh,” pungkasnya. (Zain)
Komentar