Sumenep, Okenews.id- Kunjungan Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, ke Sumenep, Madura, menuai kritik tajam dari aktivis budaya. Peresmian Tugu Keris di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan, justru dianggap sebagai tindakan yang mencederai penghormatan terhadap budaya perkerisan.
Pasalnya, sang menteri tidak menyempatkan diri untuk mengunjungi Desa Aengtong-tong, pusat utama pembuatan keris yang menjadi identitas Sumenep sebagai Kota Keris.
Aktivis kebudayaan Kurniadi, SH., menilai kunjungan tersebut mencerminkan ketidakpahaman Fadli Zon terhadap etika budaya.
“Seorang pejabat negara, apalagi Menteri Kebudayaan, seharusnya tahu etika dalam menghormati tradisi. Datang ke Sumenep untuk meresmikan tugu keris tapi mengabaikan pengrajin aslinya adalah bentuk pelecehan terhadap budaya perkerisan!,” tegasnya, Sabtu (1/2).
Menurut Kurniadi, Desa Aengtong-tong bukan sekadar sentra perkerisan, tetapi merupakan jantung industri dan pelestarian budaya yang sudah diakui dunia.
“Tanpa para empu dan pengrajin di Aengtong-tong, Sumenep tidak pantas menyandang gelar Kota Keris. Ini seperti menghormati simbol tapi melupakan penciptanya,” tambahnya.
Tak hanya Fadli Zon, Kurniadi juga mengkritik Pemerintah Kabupaten Sumenep yang dinilai tidak mampu mengarahkan agenda kunjungan menteri agar lebih bermakna.
“Pemkab seharusnya paham bahwa penghormatan terhadap budaya bukan sekadar seremoni. Ini membuktikan mereka juga tidak peka dan lebih sibuk dengan pencitraan,” tandasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Kementerian Kebudayaan belum memberikan pernyataan resmi terkait absennya Menteri di Desa Aengtong-tong. Namun, beberapa sumber menyebutkan keterbatasan waktu sebagai alasan.
Kendati demikian, kritik terus bermunculan. Pemerhati budaya mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk lebih memahami substansi penghormatan terhadap budaya. Keris bukan hanya simbol, tetapi warisan leluhur yang harus dihargai dengan tindakan nyata, bukan sekadar peresmian tugu. (Zain)
Comment